Sabtu, 08 Desember 2012

kajian puisi analisis intertekstual


ANALISIS INTERTEKSTUAL PUISI TOTO SUDARTO BACHTIARDENGAN PUISI W.S RENDRA YANG BERTEMA KEPAHLAWANAN

OLEH
Misbah Hasanah Lubis

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan
2012

Abstract
This paper aims to analyze the poem with textual. Textual meaning of the poem is analyzed by looking at two works by poets of different generations. Aiming to see who pass on anyone. All views After interpretable and see hypogramnya. Materials and assessments based on the principle of intertextuality as proposed Riffatere in his book Semiotics of Poetry (1978). Poems are usually just full of meaning in conjunction with other parties, both in the equation and in the opposition, in order to know the purpose karysa written literature, that is to challenge, deviate, or continue the convention. The background of the creation poem a poem by Riffaterre called hypogram. intertekstualitaskan poem is " Gerilya”  by “W.S Rendra and “Pahlwan Tak Dikenal” by “Toto Sudarto Bachtiar”. the poems show the similarity of themes, the title, the first sentence of the temple, the mandate and objectives.

Keywords: intertextual, hypogram, force.
1.      PENDAHULUAN
Telah banyak para penyair menciptakan berbagai macam puisi. Pada masa puisi lama berlanjut kepada puisi angkatan ‘45 atau biasa dikenal dengan puisi angkatan pujangga baru. Terkait dengan puisi W.S Rendra dan Toto Sudarto Bachtiar. Kedua penyair tersebut merupakan satu angkatan, yaitu pada masa angkatan 1950-1960 yang biasanya bertema dangan kemerdekaan seperti dalam puisinya yang berjudul “Gerilya” karya W.S Rendra dan “Pahlwan Tak Dikenal” karya Toto Sudarto Bachtiar.
Kedua puisi tersebut mengisahkan kejadian yang terjadi pada masa peperangan yang mempertaruhkan jiwa dan raga untuk memperjuangkan kehormatan tanah airnya. Seorang penyair W.S Rendra kerap dijuluki dengan sebutan “burung merak” karena puisi yang digunakan sajak-sajak yang romantic yang mampu menarik prhatian orang yang mendengarkan puisinya.

2.      Hubungan Intertekstual
Adapun selain pengkajian dari struktural ada pula pengkajian puisi dari segi hubungan intertekstualnya. Dilihat dari prinsif intertekstual itu sendiri merupakan salah satu sarana pemberian makna kepada sebuah teks sastra (sajak). Hal ini mengingat bahwa satrawan itu menanggapi teks-teks lain yang ditulis sebelumnya. Dalam menangggapi teks itu penyair mempunyai pikiran-pikiran, gagasan-gagasan dan konsep estetik sendiri yang  ditentukan oleh horzon harapannya, yaitu pikiran-pikiran , konsep estetik dan pengetahuan sastra yang dimilikinya.
Dalam kesusastraan Indonesia, hubungan intertekstual antara satu karya sastra denagan karya sastra yang lain, baik antara karya sezaman maupun zaman sebelumnya. Seperti pada materi yang akan dibahas yakni sastrawan yang memiliki angkatan sezaman; sastrawan W.S Rendra dengan Toto Sudarto Bachtiar. 

Pahlawan Tak Dikenal
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang

Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapan
Dia tidak tahu unttuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tetapi bukan tidur sayang

Wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padanag senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara menderu
Dia masih sangat muda

Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil  merangkai karangan bunga
Tapi yang  nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalinya

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar  di dadanya
Senyum bekunya mau berkata: aku sangat muda
(Toto  Sudarto Bachtiar)


Gerilya
Tubuh biru
Tatapan mata biru
Lelaki terguling di jalan.

Angin tergantung
Terkecap pahitnya tembakau
Bendungan  keluh dan bencana

Dengan tujuh lobang pelor
Diketuk bgerbang langit
Dan menyala mentari muda
Melepas kesumatnya

Gadis berjalan di subuh merah
Dengan sayur-mayur  di punggung
Melihatnya pertama.
Ia beri jeritan manis
Dan duka daun  wortel.

Tubh biru
Tatapan  mata biru
Lelaki terguling di jalan

Orang-oorang kampung mengenalnya
Anak mjanda berambut ombak
Ditimba air bergantang-gantang
Disiram  atas tubuhnya.

Tubuh biru
Tatapan mata biru
Lelaki terguling di jalan.

Lewat gardu belanda dengan berani
Terlindung warna malam
Sendiri masuk kota
Ingin ngubur ibunya.
(W.S Rendra)
        
3.Hubungan Intertekstual puisi “Pahlawan Tak Dikenal” dan “Gerilya”
           
Diantara puisi karya Toto Sudarto Bachtiar dan W.S Rendra. Dilihat dari sejarah ke dua penyair tersebut, sajak-sajak yang digunakan pada masa puisi angkatan “50-60”. Karena kedua penyair mengapresiasi puisinya tentang kemerdekaan. Gaya bahasa yang di gunakan dalam puisi Pahlawan Tak Dikenal dan Gerilya ada Repitisi → Merupakan sebuah pengulangan kata, frase, dan klausa yang ada dalam kalimat sebuah puisi. majas metafora→ Merupakan sebuah pengungkapan yang digunakan olaeh pengarang berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll. Majas sinestesia Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya. Gaya bahasa yang digunakan pada puisi Pahlawan Tak Dikenal

4.Hipogram
Menganut pada Riffatere dalam bukunya Semiotics of Poetry (1978), Sajak yang menjadi latar penciptaan sebuah sajak oleh Riffaterre disebut hypogram. Dengan demikian, sajak tersebut menunjukan adanya persamaan tema, judul, kalimat pertama bait, amanat dan tujuan. Kalimat yang sama memasuki bait.

Pahlawan Tak Dikenal
Repitisi
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang

Majas metafora
Wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padanag senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara menderu
Dia masih sangat muda

Majas metafora
. . . . .
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang

 (Toto  Sudarto Bachtiar)

  Gaya bahasa ysng digunakan dalam puisi “Gerilya” (W.S Rendra)
        Repitisidan majas metafora seperti pada kutipan “ Tubuh biru tatapan mata biru”
Tubuh biru
Tatapan mata biru
Lelaki terguling di jalan.
        Majasa metafora
Angin tergantung
Terkecap pahitnya tembakau
Bendungan  keluh dan bencana
       Majas metafora
Dengan  tujuh lobang pelor
Diketuk gerbang langit
Dan menyala mentari muda
Melepas kesumatnya
       Majas metafora
Gadis berjalan di subuh merah
Dengan sayur-mayur  di punggung
Melihatnya pertama.
. . . . . .
        Majas Sinestesia
. . . . .
Ia beri jeritan manis
Dan duka daun wortel.
        Majas metafora
. . . . . .
Anak janda berambut ombak
Ditimba air bergantang-gantang
Disiram  atas tubuhnya.
       Majas metafora
Lewat gardu belanda dengan berani
Terlindung warna malam
. . . . . .
 (W.S Rendra)

 Persamaandan perbedaan dalam puisi karya T.S Bachtiar dengan W.S Rendra 
·         Persamaan
Dalam puisi Pahlawan Tak Dikenal dengan puisi Gerilya yang temanya sama-sama mangkaji tentang adanya seorang pahlawan yang usianya masih muda dan ikut bertempur dalam sebuah peperangan.     Suasana yang di ciptakan kedua puisi tersebut mengisahkan suasana galau yang mana suasana tersebut, mengisahkakn gugurnya seorang pahlawan di medan perang yang terbaring dan terguling di jalan. Diantara kedua puisi tersebut sama-sama membandingkan sorang pahlawan yang tertemabak dengan “lubang peluru atau pelor di dadanya”. Dilihahat dari kutipan sajak masing-masing puisi sebagai bukti adanya kesamaan  yang terdapat pada kedua puisi tersebut: “ Dengan tujuh lobang pelor di ketuk gerbang langit dan menyala mentari muda melapas kesumatnya (Gerilya)” , Sebuah lubang peluru bundar di dadanya senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang (Pahlawan Tak Dikenal)”.

·         Perbedaan
Puisi yang berjudul “Pahlawan Tak Dikenal” gaya bahasa yang digunakan sangat kongkrit serta bersifat denotatif atau makna yang sebenarnya sehingga mudah di mengerti. Sedangkan dalam puisi yang berjudul “Gerilya” gaya bahasa yang digunakan penuh dengan ungkapan romantik serta metaforis-alegori dan juga terdapat sebuah inestesia. seperti dalam kutipan: “ ia beri jeritan manis dan duka dan wortel”.   Puisi  Pahlawan Tak Dikenal mengisahkan tentang sorang  pahlawan yang ikut berjuang  pada saat peperangan. Akan tetapi pahlawan tersebut tiada satupun yang mengnalnya. Sedangkan dalam puisi Gerilya pahlawan yang ikut berperang itu sudah dikenalnya.

5. PENUTUP
Pada puisi pahlawan tak  dikenal karya Toto Sudarto Bachtiar dengan puisi gerilya karya W.S Rendra tentunya memiliki kesamaan dan perbedaan. Diantaranya kedua puisi memiliki kesamaan dari segi penyampaian melalui pilihan kata dan gaya bahasa yang digunakan. Disertai dengan sejarah kedua penyair tersebut memiliki kesamaan sejarah yang melatar belakangi terciptanya puisinya. Yakni puisi yang bertemakan tentang kepahlawan. Puisi ini juga tidak jauh bedanya dengan puisi karya khairil anwar yang identik dengan puisi yang bertema kemerdekaan. Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian puisi pahlawan tak dikenal dengan puisi gerilya menggunakan analisis struktural semiotik yang di dalamnya terdapat sebuah pengkajian tentang pilihan kata serta gaya bahasa yang mendukung estetik atau keindahan diantara kedua puisi tersebut. 

Daftar Pustaka
Pradopo, Rahmat Djoko. 1987. Pengkajian Puisi: Analisis Strata Norma dan Analisis
Struktural dan Semiotik. Yogyakarta: UGM Press
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Umum.
Keraf, Gorys. 2000. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum.
Waluyo, Herman J.     2005. Apresiasi Puisi: Panduan Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum.
Kajian struktural Interfrensi, Dikutip dari Kajian Prosa Fiksi dan Drama oleh Jabohim.
Wiyanto Asul. 2005. Kesuastraan Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Pradopo Rachmat Djoko. 2009. Penkajian puisi. Yogyakarta: Gajah Maja University Press.