ANALISIS INTERTEKSTUAL PUISI “TOTO SUDARTO
BACHTIAR” DENGAN PUISI
“W.S RENDRA” YANG
BERTEMA “KEPAHLAWANAN”
OLEH
Misbah Hasanah Lubis
Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan
Seni
Universitas Negeri Medan
2012
Abstract
This paper aims to
analyze the poem with textual. Textual meaning of the poem is analyzed by
looking at two works by poets of different generations. Aiming to see who pass
on anyone. All views After interpretable and see hypogramnya. Materials and
assessments based on the principle of intertextuality as proposed Riffatere in
his book Semiotics of Poetry (1978). Poems are usually just full of meaning in
conjunction with other parties, both in the equation and in the opposition, in
order to know the purpose karysa written literature, that is to challenge,
deviate, or continue the convention. The background of the creation poem a poem
by Riffaterre called hypogram. intertekstualitaskan poem is " Gerilya”
by “W.S Rendra and “Pahlwan Tak Dikenal” by “Toto Sudarto Bachtiar”. the poems show the
similarity of themes, the title, the first sentence of the temple, the mandate
and objectives.
Keywords: intertextual,
hypogram, force.
1. PENDAHULUAN
Telah banyak para penyair menciptakan berbagai
macam puisi. Pada masa puisi lama berlanjut kepada puisi angkatan ‘45 atau
biasa dikenal dengan puisi angkatan pujangga baru. Terkait dengan puisi W.S
Rendra dan Toto Sudarto Bachtiar. Kedua penyair tersebut merupakan satu
angkatan, yaitu pada masa angkatan 1950-1960 yang biasanya bertema dangan kemerdekaan seperti dalam puisinya yang
berjudul “Gerilya” karya W.S Rendra dan “Pahlwan Tak Dikenal” karya Toto
Sudarto Bachtiar.
Kedua puisi tersebut mengisahkan kejadian yang
terjadi pada masa peperangan yang mempertaruhkan jiwa dan raga untuk
memperjuangkan kehormatan tanah airnya. Seorang penyair W.S Rendra kerap
dijuluki dengan sebutan “burung merak” karena puisi yang digunakan sajak-sajak
yang romantic yang mampu menarik prhatian orang yang mendengarkan puisinya.
2.
Hubungan Intertekstual
Adapun
selain pengkajian dari struktural ada pula pengkajian puisi dari segi hubungan intertekstualnya. Dilihat dari
prinsif intertekstual itu sendiri merupakan salah satu sarana pemberian makna
kepada sebuah teks sastra (sajak). Hal ini mengingat bahwa satrawan itu
menanggapi teks-teks lain yang ditulis sebelumnya. Dalam menangggapi teks itu
penyair mempunyai pikiran-pikiran, gagasan-gagasan dan konsep estetik sendiri
yang ditentukan oleh horzon harapannya,
yaitu pikiran-pikiran , konsep estetik dan pengetahuan sastra yang dimilikinya.
Dalam
kesusastraan Indonesia, hubungan intertekstual antara satu karya sastra denagan
karya sastra yang lain, baik antara karya sezaman maupun zaman sebelumnya.
Seperti pada materi yang akan dibahas yakni sastrawan yang memiliki angkatan
sezaman; sastrawan W.S Rendra dengan Toto Sudarto Bachtiar.
Pahlawan Tak Dikenal
Sepuluh
tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan
tidur, sayang
Sebuah
lubang peluru di dadanya
Senyum
bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak
ingat bilamana dia datang
Kedua
lengannya memeluk senapan
Dia tidak
tahu unttuk siapa dia datang
Kemudian dia
terbaring, tetapi bukan tidur sayang
Wajah sunyi
setengah tengadah
Menangkap
sepi padanag senja
Dunia tambah
beku di tengah derap dan suara menderu
Dia masih
sangat muda
Hari itu 10
November, hujan pun mulai turun
Orang-orang
ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi
yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang
tak dikenalinya
Sepuluh
tahun yang lalu dia terbaring
Tapi bukan
tidur, sayang
Sebuah
peluru bundar di dadanya
Senyum
bekunya mau berkata: aku sangat muda
(Toto Sudarto Bachtiar)
Gerilya
Tubuh biru
Tatapan mata
biru
Lelaki
terguling di jalan.
Angin
tergantung
Terkecap
pahitnya tembakau
Bendungan keluh dan bencana
Dengan tujuh
lobang pelor
Diketuk
bgerbang langit
Dan menyala
mentari muda
Melepas
kesumatnya
Gadis
berjalan di subuh merah
Dengan
sayur-mayur di punggung
Melihatnya
pertama.
Ia beri
jeritan manis
Dan duka
daun wortel.
Tubh biru
Tatapan mata biru
Lelaki
terguling di jalan
Orang-oorang
kampung mengenalnya
Anak mjanda
berambut ombak
Ditimba air
bergantang-gantang
Disiram atas tubuhnya.
Tubuh biru
Tatapan mata
biru
Lelaki
terguling di jalan.
Lewat gardu
belanda dengan berani
Terlindung
warna malam
Sendiri
masuk kota
Ingin ngubur
ibunya.
(W.S Rendra)
3.Hubungan Intertekstual puisi “Pahlawan Tak Dikenal” dan “Gerilya”
Diantara
puisi karya Toto Sudarto Bachtiar dan W.S Rendra. Dilihat dari sejarah ke dua
penyair tersebut, sajak-sajak yang digunakan pada masa puisi angkatan “50-60”.
Karena kedua penyair mengapresiasi puisinya tentang kemerdekaan. Gaya bahasa
yang di gunakan dalam puisi Pahlawan Tak
Dikenal dan Gerilya ada Repitisi → Merupakan
sebuah pengulangan kata, frase, dan klausa yang ada dalam kalimat sebuah puisi. majas
metafora→ Merupakan sebuah pengungkapan yang digunakan olaeh
pengarang berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti
layaknya, bagaikan, dll. Majas sinestesia→ Majas yang
berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa
indra lainnya. Gaya bahasa yang digunakan pada puisi Pahlawan Tak Dikenal
4.Hipogram
Menganut
pada Riffatere dalam bukunya Semiotics of
Poetry (1978), Sajak yang menjadi latar penciptaan sebuah sajak oleh Riffaterre disebut hypogram. Dengan demikian, sajak tersebut menunjukan adanya
persamaan tema, judul, kalimat pertama bait, amanat dan tujuan. Kalimat yang
sama memasuki bait.
Pahlawan Tak Dikenal
Repitisi
Sepuluh
tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan
tidur, sayang
Sebuah lubang
peluru di dadanya
Senyum
bekunya mau berkata, kita sedang perang
Majas metafora
Wajah sunyi
setengah tengadah
Menangkap
sepi padanag senja
Dunia tambah
beku di tengah derap dan suara menderu
Dia masih
sangat muda
Majas metafora
. . . . .
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
(Toto
Sudarto Bachtiar)
Gaya bahasa
ysng digunakan dalam puisi “Gerilya” (W.S Rendra)
Repitisidan majas metafora seperti pada
kutipan “ Tubuh biru tatapan mata biru”
Tubuh biru
Tatapan mata
biru
Lelaki
terguling di jalan.
Majasa metafora
Angin
tergantung
Terkecap
pahitnya tembakau
Bendungan keluh dan bencana
Majas metafora
Dengan tujuh lobang pelor
Diketuk
gerbang langit
Dan menyala
mentari muda
Melepas
kesumatnya
Majas metafora
Gadis
berjalan di subuh merah
Dengan
sayur-mayur di punggung
Melihatnya
pertama.
. . . . . .
Majas Sinestesia
. . . . .
Ia beri
jeritan manis
Dan duka
daun wortel.
Majas
metafora
. . . . . .
Anak janda
berambut ombak
Ditimba air
bergantang-gantang
Disiram atas tubuhnya.
Majas
metafora
Lewat gardu
belanda dengan berani
Terlindung
warna malam
. . . . . .
(W.S Rendra)
Persamaandan
perbedaan dalam puisi karya T.S Bachtiar dengan W.S Rendra
·
Persamaan
Dalam puisi Pahlawan Tak Dikenal
dengan puisi Gerilya yang temanya sama-sama mangkaji tentang adanya seorang
pahlawan yang usianya masih muda dan ikut bertempur dalam sebuah peperangan.
Suasana yang
di ciptakan kedua puisi tersebut mengisahkan suasana galau yang mana suasana
tersebut, mengisahkakn gugurnya seorang pahlawan di medan perang yang terbaring dan
terguling di jalan. Diantara kedua puisi tersebut sama-sama membandingkan sorang pahlawan yang
tertemabak dengan “lubang peluru atau
pelor di dadanya”. Dilihahat dari kutipan sajak masing-masing puisi sebagai
bukti adanya kesamaan yang terdapat pada
kedua puisi tersebut: “ Dengan tujuh lobang pelor di ketuk gerbang langit dan menyala mentari muda
melapas kesumatnya (Gerilya)” , “ Sebuah lubang peluru bundar di
dadanya senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang (Pahlawan Tak Dikenal)”.
·
Perbedaan
Puisi yang berjudul “Pahlawan
Tak Dikenal” gaya bahasa yang digunakan sangat kongkrit serta bersifat
denotatif atau makna yang sebenarnya sehingga mudah di mengerti. Sedangkan
dalam puisi yang berjudul “Gerilya” gaya bahasa yang digunakan penuh dengan
ungkapan romantik serta metaforis-alegori dan juga terdapat sebuah inestesia.
seperti dalam kutipan: “ ia beri jeritan
manis dan duka dan wortel”. Puisi Pahlawan Tak Dikenal mengisahkan tentang
sorang pahlawan yang ikut berjuang pada saat peperangan. Akan tetapi pahlawan
tersebut tiada satupun yang mengnalnya. Sedangkan dalam puisi Gerilya pahlawan
yang ikut berperang itu sudah dikenalnya.
5. PENUTUP
Pada puisi pahlawan tak dikenal
karya Toto Sudarto Bachtiar dengan puisi gerilya karya W.S Rendra tentunya
memiliki kesamaan dan perbedaan. Diantaranya kedua puisi memiliki kesamaan dari
segi penyampaian melalui pilihan kata dan gaya bahasa yang digunakan. Disertai
dengan sejarah kedua penyair tersebut memiliki kesamaan sejarah yang melatar
belakangi terciptanya puisinya. Yakni puisi yang bertemakan tentang kepahlawan.
Puisi ini juga tidak jauh bedanya dengan puisi karya khairil anwar yang identik
dengan puisi yang bertema kemerdekaan. Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian
puisi pahlawan tak dikenal dengan puisi gerilya menggunakan analisis struktural
semiotik yang di dalamnya terdapat sebuah pengkajian tentang pilihan kata serta
gaya bahasa yang mendukung estetik atau keindahan diantara kedua puisi
tersebut.
Daftar Pustaka
Pradopo,
Rahmat Djoko. 1987. Pengkajian Puisi:
Analisis Strata Norma dan Analisis
Struktural dan Semiotik.
Yogyakarta: UGM Press
Wellek,
Rene dan Austin Warren. 1995. Teori
Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka
Umum.
Keraf,
Gorys. 2000. Diksi dan Gaya Bahasa.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum.
Waluyo, Herman J. 2005. Apresiasi
Puisi: Panduan Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum.
Kajian struktural Interfrensi,
Dikutip dari Kajian Prosa Fiksi dan Drama oleh Jabohim.
Wiyanto Asul. 2005. Kesuastraan Sekolah. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Pradopo Rachmat Djoko. 2009. Penkajian puisi. Yogyakarta: Gajah Maja
University Press.
Wynn Las Vegas - Mapyro
BalasHapusFind out more about the Wynn Las Vegas in 파주 출장안마 Las Vegas, NV and other 수원 출장샵 things to 서귀포 출장안마 do. 과천 출장마사지 and the rooms 충주 출장마사지 in the hotel. and the room service.